OLEH : JASMINE RAUDAH
DEPOKPOS – Sungguh kebiadaban Israel tiada hentinya terjadi di tanah Palestina. Kejadian memilukan dalam sejarah umat manusia, tenda pengungsi dibakar oleh pasukan Israel yang terbiadab. Hati nurani mereka benar-benar telah hilang.
Selain membunuh dengan rudal, kini mereka bahkan berani bertindak lebih ganas dengan perbuatan diluar nalar manusia. Berat sekali beban yang ditanggung oleh rakyat Palestina. Setelah mereka harus mengungsi karena rumah dihancurkan, sampai di tenda pengungsian pun mereka ditarget dengan cara apapun.
Penjajahan Israel atas tanah Palestina tidak bisa dibenarkan sam sekali. Puluhan tahun rakyat Palestina merasa terancam nyawa dan kehilangan harta benda.
Bahkan, saat ini sebagian rakyat Palestina dibuat lapar dengan larangan masuk makanan. Mereka sengaja melakukannya agar rakyat Palestina mati kelaparan. Sungguh biadab!Ini adalah kejahatan perang terparah dalam sejarah.
Negara barat seperti Amerika sampai detik ini membenarkan perbuatan keji Israel. Senjata dipasok dari beberapa negara barat. Hanya segilintir negara yang berani menyuarakan kebenaran demi membela hak-hal Palestina yang telah dirampas terang- terangan.
Tercatat 43 ribu lebih nyawa rakyat Palestina melayang di tangan pasukan Israel. Jangan ditanya berapa kerugian harta benda. Ribuan rumah hancur, fasilitas umum, sekolah dan lainnya.
Kini rakyat Palestina harus berjuang untuk bertahan hidup di tanah mereka sendiri. Bayangkan jika itu harus terjadi pada kita dan keluarga. Sungguh sangat miris membaca berita tentang perang Palestina dan melihat video bangunan yang hancur akibat ulah tentara tidak berotak.
Semoga negara-negara pro Palestina menunjukkan solidaritas untuk membantu, khususnya dalam hal intervensi kebijakan luar negeri. Muslim mesti bersatu dan menyuarakan kebenaran agar rakyat Palestina bisa hidup dengan wajar di negaranya sendiri.
Awal Konflik Palestina-Israel
Konflik Palestina-Israel bermula pada akhir abad ke-19, ketika pergerakan Zionisme di Eropa mulai mengadvokasi pendirian negara Yahudi di wilayah Palestina, yang pada saat itu berada di bawah Kekhalifahan Ottoman.
Setelah Perang Dunia I, wilayah Palestina berada di bawah mandat Inggris, dan ketegangan antara komunitas Yahudi dan Arab meningkat seiring meningkatnya imigrasi Yahudi.
Pada tahun 1947, PBB mengusulkan pembagian wilayah Palestina menjadi dua negara, satu untuk Yahudi dan satu untuk Arab, dengan Yerusalem sebagai wilayah internasional. Usulan ini ditolak oleh negara-negara Arab dan Palestina. Namun, pada tahun 1948, negara Israel diproklamirkan, yang memicu perang antara Israel dan negara-negara Arab.
Perang ini menghasilkan kekalahan di pihak Arab dan pendudukan Israel atas wilayah yang lebih luas dari yang direncanakan dalam rencana pembagian PBB, serta mengakibatkan ratusan ribu warga Palestina menjadi pengungsi. Salah satu isu utama dalam konflik ini adalah pendudukan wilayah Palestina oleh Israel, terutama di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur.
Setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, Israel menguasai Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur. Meskipun ada banyak resolusi PBB yang menuntut agar Israel mengakhiri pendudukannya, situasi di lapangan tetap sulit untuk diubah.
Israel membangun permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang dianggap ilegal menurut hukum internasional. Permukiman ini seringkali dibangun di lahan yang sebelumnya dimiliki oleh warga Palestina dan mempersempit ruang hidup mereka. Selain itu, pembangunan permukiman ini menjadi sumber utama ketegangan, karena mengubah demografi wilayah dan menghambat upaya perdamaian berdasarkan solusi dua negara.
Konflik ini tidak hanya menimbulkan pertarungan politik tetapi juga krisis kemanusiaan yang berdampak pada kehidupan jutaan orang.
Organisasi HAM internasional seperti Amnesty International dan Human Rights Watch sering melaporkan pelanggaran hak asasi manusia, baik oleh Israel terhadap warga Palestina maupun oleh kelompok bersenjata Palestina terhadap warga Israel. Pelanggaran yang terjadi meliputi pembongkaran rumah, pengusiran paksa, pembatasan kebebasan bergerak, dan serangan terhadap warga sipil.
Di sisi lain, warga Israel juga hidup dalam ketakutan akibat serangan roket dari kelompok bersenjata Palestina, yang menargetkan wilayah-wilayah pemukiman. Situasi ini menciptakan trauma psikologis dan kondisi hidup yang tidak stabil bagi banyak orang di kedua belah pihak.
Dengan Demikian, Marilah kita Doa Sebanyak banyaknya untuk Kaum Muslim yang Berada di Wilayah Sana agar dengan segera Allah Menangkan.










