DEPOKPOS – Bunda, Ayah, Kakak dan Aku selalu suka menghabiskan waktu menjelajahi tempat baru di kota tempat tinggalku, dulu. Semakin Kak dan Aku tumbuh besar, usia 18 membuat Kak dan Aku meninggalkan kota kelahiran kami. Tahun ke tahun banyak sekali liburan yang dihabiskan namun tidak dengan kehadiran semua dari kami.
Pertengahan tahun ini akhirnya Ayah, Bunda dan Kak bisa mengambil jatah cuti dari pekerjaannya, menyesuaikan jadwal liburku. Bulan Agustus kemarin, Kami akhirnya menginjakkan kaki di Malaysia untuk perjalanan singkat selama empat hari. Perjalanan ini terasa seperti mimpi yang terwujud dari omongan yang selalu terlantur di sela suara mesin mobil yang melaju liburan sederhana kami di tahun-tahun sebelumnya.
Hari Pertama: Genting Highlands dan Antrian Panjang
Kami memulai perjalanan dengan mengunjungi Genting Highlands, destinasi wisata terkenal yang terletak di dataran tinggi Malaysia. Menaiki bis sepertinya adalah salah satu cara untuk sampai kesana dari KL, setelah menaiki dan beberapa kali transit MRT, kami berempat sampai di genting highlands. sebuah dataran yang penuh dengan hotel-hotel dan eum.. casino. tentu saja hal yang paling aku tunggu-tunggu adalah menaiki Cable Car Genting. walaupun ini bukan pertama kalinya, perasaan ku tetap sama, lelah dengan antrian itu. Saat gondola mulai bergerak naik, perlahan pemandangan kota mulai tergantikan oleh hamparan hijau pegunungan. Kabut tipis menyelimuti area sekitar, memberikan kesan seperti sedang melayang di atas awan. Udara di sini jauh lebih sejuk dibandingkan Kuala Lumpur, membuatku betah menikmati perjalanan singkat ini.
Setelah puas mengeksplor Genting, aku kembali ke Kuala Lumpur dan bersiap untuk hari berikutnya yang akan dipenuhi dengan sejarah di Melaka.
Hari Kedua: Melaka dan Museum Upin-Ipin
Pagi-pagi kita langsung menuju stasiun MRT yang berjarak 3 menit dengan jalan kaki dari hotel. Melaka, kota yang kaya akan sejarah dan budaya dan juga di ingatan masa kecilku, museum upin-ipin. Begitu tiba, kami langsung memesan grab dan menuju pusat kota, tempat di mana banyak situs bersejarah berada. Salah satu yang paling menarik adalah A Famosa, benteng peninggalan Portugis yang tersisa. Dari sana, aku melanjutkan perjalanan ke Gereja Merah (Christ Church), yang ikonik dengan bangunan berwarna merah bata.
Berjalan menyusuri Jonker Street, aku merasakan atmosfer klasik yang berpadu dengan modernitas. Banyak toko dan kafe bergaya kolonial yang menawarkan berbagai oleh-oleh dan kuliner khas. Sebagai sesorang yang cukup picly eater, aku hanya memesan chicken burger untuk makan malam. Ayah, Bunda, Kak dan aku memiliki makan malam yang sangat menyenangkan dengan kumpulan makanan yang berbeda sesuai dengan selera kami
Hari Ketiga: Alor Street dan Nasi Kandar
Setelah kembali ke Kuala Lumpur, aku menghabiskan malam di Jalan Alor, surganya street food. Sepanjang jalan, aroma makanan khas Asia menyeruak ke udara, menggoda setiap orang yang melewatinya. Aku mencoba beberapa hidangan khas seperti satay, dan mango sticky rice. Suasana pasar malam yang ramai dengan lampu-lampu warna-warni membuat pengalaman makan di sini semakin seru. Salah satu yang terbekas diingatanku sampai sekarang adalah nasi kandar, walaupun indonesia juga memliki sajian yang serupa, namun nasi kandar di negri jiran yang khas di masak oleh orang india selalu memliki aromatic yang berbeda dan kesan mendalam yang khas.
Setelah puas makan, Kak dan Aku berjalan kaki menuju Bukit Bintang, pusat kehidupan malam di Kuala Lumpur. Jalanan dipenuhi dengan pertunjukan musik jalanan, deretan kafe modern, serta pasar malam yang gemerlap. Semuanya terasa begitu hidup, seakan-akan kota ini tidak pernah tidur.
Hari Keempat: Terakhir dan Istirahat di Hotel
Di hari terakhir, Bunda, Kak dan Aku memanfaatkan waktu pagi untuk mengeksplor lebih banyak sudut Kuala Lumpur. Dari menara Petronas yang menjulang megah, kawasan perbelanjaan mewah di Pavilion, Juga Local Market Bukti Bintang, semuanya memberikan pengalaman tersendiri.
Sebelum pulang, aku menyempatkan diri mengunjungi Maydin, tempat andalan Bunda membeli buah tangan. Dari gantungan kunci, hingga makanan khas seperti coklat dan teh tarik instan, semuanya berhasil aku bawa pulang sebagai kenang-kenangan.
Selain itu, aku juga menyempatkan diri untuk naik MRT Kuala Lumpur, yang terkenal dengan sistem transportasi yang efisien dan modern. Menggunakan MRT di kota ini memberikan pengalaman yang menyenangkan, terutama saat melihat keindahan arsitektur beberapa stasiun yang unik dan futuristik.
Empat hari di Malaysia bersama Ayah, Bunda dan Kak terasa begitu cepat berlalu. Dari keindahan alam di Genting, sejarah yang kental di Melaka, hingga gemerlap malam di Bukit Bintang, perjalanan ini benar-benar memberikan pengalaman yang tak terlupakan.
Bunda selalu mengatakan, rezeki akan selalu datang namun sebuah pengalaman berharga dengan orang-orang yang kita sayang mungkin akan ada masa waktu habisnya. Semoga tahun-tahun berikutnya kami terus tetap bisa merencanakan liburan-liburan menyenagkan ke negara lainnya.










