Palestina Membutuhkan Tegaknya Kepemimpinan Islam

Oleh : Bella Lutfiyya, aktivis Muslimah

Gaza kembali diserang oleh Israel pada Rabu (19/3/2025) setelah mengeluarkan ancaman kepada penduduk terkait telah dimulainya operasi darat di Jalur Gaza bagian tengah dan selatan. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menegaskan bahwa pemerintah Israel akan segera mengeluarkan perintah evakuasi di zona konflik. “Bagi warga Gaza, ini adalah peringatan terakhir. Ikuti saran Presiden AS, kembalikan para sandera, dan hancurkan Hamas. Dari sana, pilihan lain akan terbuka bagi semua orang. Mereka yang ingin pindah ke belahan dunia lain dapat pergi,” kata Gallant (beritasatu.com, 20 Maret 2025)

Akibat dari serangan tersebut, tercatat 404 korban jiwa yang dilaporkan oleh otoritas kesehatan Palestina. Namun, berita terbaru menyatakan korban tewas mencapai 413 orang dan lebih dari 600 orang lainnya mengalami luka-luka (cncbindonesia.com, 19 Maret 2025)

Dua bulan sejak diumumkannya gencatan senjata atas Palestina, kini Zionis Israel kembali pada tabiat awalnya dengan melanjutkan aksi kekejaman terhadap warga Palestina. Di Bulan Ramadhan ini, kecemasan dan ketakutan warga Palestina kembali mencuat. Saat umat Muslim di negara lain masih bisa beribadah dan menjalankan suasana Ramadhan dengan tenang, Palestina lagi-lagi diuji dengan huru-hara yang mungkin tidak sanggup kita hadapi apabila berada di situasi mereka.

Serangan terhadap Palestina terjadi terus-menerus dan semakin brutal. Akan tetapi, perhatian masyarakat sepertinya makin berkurang karena tertutup beragam persoalan di dalam negeri. Keadaan negeri sendiri yang kacau balau dari waktu ke waktu akhirnya menjadi fokus utama masyarakat saat ini.

Membahas gencatan senjata sebelumnya, banyak umat muslim yang bergembira atas hal tersebut dan beranggapan bahwa Palestina akhirnya bisa menghela napas dengan tenang, setidaknya untuk sementara. Namun, solusi sementara tentu buakanlah yang dibutuhkan oleh Palestina. Terlebih lagi, apa yang bisa dipercaya dari Zionis Israel?

Pada akhirnya, gencatan senjata bukanlah solusi yang hakiki atas apa yang terjadi di Palestina, karena solusi ini bisa dicabut kapanpun tergantung dari kebijakan Zionis Israel dan sekutunya, Amerika Serikat. Apalagi, mereka terkenal dengan manipulasi dan kemunafikannya. Oleh karena itu, perlu terus dibangun kesadaran umat akan solusi hakiki persoalan Palestina dengan menegakkan kepemimpinan Islam. Bagi Palestina, kepemimpinan Islam akan membebaskannya dari penjajahan yang selama ini mereka rasakan. Khilafah akan mengirimkan pasukan untuk berjihad melawan musuh, yaitu pasukan Zionis.

Di sisi lain, bagi kaum muslim di Indonesia dan di negeri-negeri muslim lainnya, tegaknya Khilafah akan menjadikan semua manusia diurus dengan syariat Islam, aturan terbaik dari Allah SWT, sehingga akan terwujud kesejahteraan dan keberkahan serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Syariat Islam yang hukumnya berasal dari Allah Sang Maha Pencipta tentunya memiliki aturan dan hukum yang sesuai dan adil bagi kehidupan manusia di bumi. Hukumnya tidak pandang bulu, bersifat objektif, sehingga tidak ada hukum atau aturan yang terkesan berpihak sebelah saja.

Pada saat ini, umat telah terpecah-belah, tercerai-berai akibat penjajahan ideologi barat dengan paham-paham ismenya, Nasionalisme yang akhirnya mengkotak-kotakan umat ke dalam label negara, sehingga umat Islam tidak lagi terikat dalam satu kesatuan yang utuh dan hanya menjunjung tinggi ras, budaya, dan asalnya.

Kapitalisme, yang berpatokan pada materi akhirnya menjadikan masyarakat -bahkan penguasa- berusaha melakukan apapun agar mendapat keuntungan untuk kepentingan dirinya sendiri.

Dari kedua paham isme ini saja sudah memporak-porandakan kesatuan umat Muslim, sehingga menganggap permasalahan di Palestina sebagai permasalahan “negeri lain”, bukan urusan dirinya sendiri, tidak peduli selama diri tidak terdampak efeknya, tidak merugikan dirinya.

Oleh karenanya, dibutuhkan persatuan umat melalui tegaknya kepemimpinan Islam. Peran negara sangatlah penting dalam membentuk dan menguatkan akidah umat, dan peran ini yang belum kita miliki saat ini. Negara yang menerapkan kepemimpinan Islam dan menjalankan syariat Islam akan memastikan setiap umat Muslim di manapun ia berada, merasakan kenyamanan dan keamanan dalam berkehidupan. Tanpa adanya konflik, tanpa adanya rasa takut, tanpa adanya kesengsaraan, karena baik negara, masyarakat, maupun individunya memiliki sikap Islam dan menjalankan syariat yang sesuai dengan aturan Islam secara keseluruhan (kaffah).

Umat harus berjuang untuk mewujudkan kewajiban yang menjadi mahkota kewajiban tersebut, sehingga dibutuhkan adanya jamaah dakwah islam ideologis yang akan mengarahkan umat berjuang meneladani jalan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini dikarenakan masih banyak yang belum mengetahui bahwa Islam bukan sekadar agama yang mengatur masalah ibadah, namun Islam juga adalah ideologi yang mengatur kemaslahatan umat dari banyak sisi, seperti ekonomi, kesehatan, keamanan, hubungan internasional, bahkan tata negara dan pemerintahan.

Saatnya kembali kepada Islam secara keseluruhan sebagaimana firman Allah SWT, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al-Baqarah ayat 208).