Tambang Raja Ampat : Ugal-ugalan Obsesi Gurita Oligarki

Oleh: Verra Trisepty

Beberapa waktu lalu jagat media sosial diramaikan dengan viralnya berita adanya aktivitas penambangan Nikel di Raja Ampat kepulauan Papua Barat, hingga ramai disertai hastag SaveRajaAmpat.

Dilansir dari laman Beritasatu.com, Bahlil selaku Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa terdapat lima izin usaha pertambangan (IUP) yang terdaftar di kawasan Raja Ampat, tetapi saat ini hanya satu yang beroperasi, yaitu milik PT Gag Nikel (5/6/2025).

Kabar tersebut sontak mendapatkan respon dari berbagai elemen masyarakat, bagaimana tidak sebab Raja Ampat adalah salah satu destinasi wisata kekayaan alam milik Indonesia yang digadang-gadang sebagai surga terakhir dunia karena terkenal dengan keindahan bawah lautnya.

Tak hanya beragam reaksi serta ungkapan kekecewaan terhadap aktivitas tambang di Raja Ampat, selain itu penambangan Nikel di Raja Ampat dianggap ancaman yang akanmerusak lingkungan. Setelah memantik berbagai respon serta sorotan di tengah masyarakat, pemerintah memutuskan untuk menghentikan sementara operasional tambang Nikel.

Dampak Tambang dalam Era Kapitalisme

Penambangan Nikel menjadi ancaman bagi keanekaragaman hayati yang dilindungi, bahkan hal tersebut digaungkan oleh dunia internasional. Di sisi lain, penambangan ini juga melanggar UU Kelestarian Lingkungan. Hal tersebut jelas akan merugikan begitu banyak elemen.

Bahkan perilaku merusak alam ini mendapatkan teguran keras, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)

Jika ditelaah dengan taraf berfikir cemerlang, kejadian ini adalah bentuk nyata kerusakan sistem kapitalisme. Alam yang seyogyanya wajib untuk kita rawat bersama justru dirusak oleh pihak-pihak serakah yang tidak bertanggung jawab, demi memuaskan hawa nafsunya untuk meraup kekayaan. Penambangan yang beresiko besar membahayakan lingkungan tetap berjalan meski melanggar UU yang sudah ditetapkan negara.

Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha lebih berkuasa, mereka sebut saja kaum oligarki berkuasa dengan menguasai roda perekonomian, mereka mampu bertindak sesuka hati demi memuluskan segala obsesi sekalipun merugikan berbagai pihak. Sumber Daya Alam Milik Siapa dalam Islam?

Islam menetapkan secara tegas bahwa SDA adalah milik umum yang harus dikelola negara dan hasilnya kelak dikembalikan untuk memenuhi segala kebutuhan hajat hidup serta kemaslahatan rakyat. Islam juga menetapkan wajibnya menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan. Pengelolaan SDA harus sesuai dengan tujuan, dan tidak boleh dilakukan secara ugal-ugalan karena kerusakan akan berdampak terhadap rakyat secara langsung.

Sistem Islam memiliki konsep “hima“, yang akan melindungi lingkungan dari kerusakan akibat adanya eksplorasi. Hima adalah kawasan yang disisihkan untuk melindungi SDA seperti padang rumput, air, hutan, beserta satwa liar. Kawasan ini umumnya dilarang untuk melakukan eksploitasi sumber daya alam tanpa izin.

Selain itu hima sebagai sistem konservasi tradisional telah ada sejak zaman pra-Islam dan kemudian diteruskan oleh baginda Nabi Muhammad SAW.

Sistem Islam Lindungi Manusia, Alam Semesta serta Kehidupan

Islam tak hanya menjaga makhluk hidup seperti manusia, namun Allah Swt. juga mewajibkan kita untuk senantiasa melindungi seluruh ciptaan-Nya seperti alam semesta. Sumber daya alam merupakan ciptaan Allah Swt., sehingga Allah Swt. menyeru seorang pemimpin untuk mengelola kekayaan alam dengan bijak, pemimpin dalam Islam dengan patuh akan menjalankan aturan sesuai dengan hukum syariat, dan berperan sebagai raain yang akan mengelola SDA dengan aman dan menjaga kelestarian lingkungan.

Islam melarang adanya pihak-pihak yang bebas menguasai serta memprivatisasi SDA dengan tujuan memperkaya diri. Selain itu negara dalam sistem Islam akan mengelola keuangan negara melalui baitul mal, seluruh kebutuhan rakyat akan terpenuhi secara sempurna. Sehingga rakyat akan merasakan kesejahteraan secara merata, perputaran ekonomi akan berjalan seimbang tanpa mengorbankan salah satu pihak.

Tidak akan ada celah bagi para oligarki kapitalis untuk meraup keuntungan secara brutal, karena negara akan memberikan sanksi tegas bagi setiap pelanggar aturan. Untuk itu Islam satu-satunya pelindung bagi kehidupan, sehingga kita begitu bergantung kepada adanya aturan yang melahirkan keberkahan dari Allah Swt.

Wallahualam bissawab.