Bukan Lagi Tentang Diskon: Pemasaran Emosional untuk Gen Z

Gen Z lebih tertarik pada makna dan pengalaman daripada harga

DEPOKPOS – Di tengah hiruk-pikuk informasi online dan iklan yang terus menerus hadir bermunculan setiap saat, konsumen anak muda zaman sekarang, khususnya para Gen Z akan lebih teliti dalam menentukan pilihan, begitupun dalam menentukan brand yang akan mereka percaya.

Jika dilihat dari sudut pandang dunia pemasaran, di era sebelumnya banyak brand yang hanya mengandalkan taktik pemasaran konvensional berbasis diskon besar-besaran untuk menarik konsumen. Namun, sudah tidak relevan lagi saat ini, terutama untuk menargetkan Generasi Z.

Generasi ini dikenal sebagai kelompok yang tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi, informasi, dan sosial media, Mereka bukan hanya tertarik untuk membeli produk, melainkan juga membeli cerita, nilai, dan koneksi.

Kini, pendekatan emosional penting sebagai kunci agar dapat menjalin kedekatan dengan mereka. Oleh sebab itu, bisnis perlu menyadari bahwa Gen Z lebih tertarik pada makna dan pengalaman daripada harga.

Cara-Cara Efektif yang Dapat di Terapkan Untuk Bisnis Kecil Maupun Bisnis Besar:

1. Bangun Cerita Brand yang Jujur dan Menyentuh
Membangun cerita brand yang jujur dan menyentuh berarti menyampaikan kisah asli tentang bagaimana brand berdiri, awal mula perjuangannya, atau nilai yang dijunjung. Cerita yang jujur dapat menjadi pondasi utama untuk bisa menumbuhkan rasa kepercayaan kepada konsumen, Tujuan nya agar para Gen Z merasa ikut terlibat secara emosional. Dengan begitu, mereka dapat menilai brand tersebut layak untuk di dukung.

2. Gunakan Bahasa yang Akrab dan Natural
Gunakan gaya komunikasi yang ringan, santai, dan jangan terlalu kaku agar terasa lebih dekat. Bahasa seperti ini biasanya digunakan untuk menjangkau target pemasaran anak-anak muda atau Generasi Z, Karena mereka memiliki preferensi terhadap gaya komunikasi yang relevan pada zaman nya.

3. Menujukkan Kepedulian Terhadap Isu yang Relevan
Dalam dunia pemasaran modern, brand tidak cukup jika hanya menawarkan produk yang menarik, tetapi perlu mempertimbangkan nilai dan sikap sebuah brand. Dapat di lihat bahwa, Gen Z lebih menunjukkan dukungan terhadap brand terkait isu-isu yang sejalan dengan mereka. Oleh karena itu, bagaimana sikap brand terhadap isu sosial dan lingkungan ini, yang bisa membangun rasa kepercayaan serta membuat konsumen merasa lebih dekat.

4. Bangun Koneksi Emosional Dengan Konsumen
Membangun koneksi dengan konsumen berarti menjalin kedekatan yang tidak hanya berdasarkan produk, tetapi juga dengan perasaan, nilai, serta mengajak pengalaman pribadi yang berhubungan dengan mereka. Hal ini dapat meningkatkan hubungan emosional terhadap para konsumen terutama Gen Z dalam target pemasaran ini.

5. Visual yang Menggugah
Gunakan tampilan gambar atau video yang mampu memvisualisasikan emosional agar dapat di jadikan konteks pemasaran, bukan semata-mata soal produk. Visual yang digunakan bukan hanya sekedar soal estetika, tetapi juga berupa makna yang di sampaikan secara personal, seperti dalam ekspresi wajah, suasana, dan warna. Cocok untuk Gen Z yang mencari esensi kepedulian dalam setiap pesan brand, Hal ini berkesan lebih mendalam dan memberi dampak positif.

Secara garis besar, Gen Z lebih tertarik tentang makna dibandingkan dengan promosi semata, Generasi ini lebih responsif terhadap pendekatan yang autentik, emosional, dan relevan. Oleh sebab itu, Inilah mengapa pemasaran emosional kini menjadi strategi penting di zaman sekarang.

Brand yang mau menjalin kedekatan dengan Gen Z di jangka panjang, harus mampu berbicara dengan cara yang mereka pahami, dan harus jadi representasi nilai yang dapat dipercaya para konsumen. Karena koneksi emosional mampu menciptakan loyalitas yang lebih kuat apabila di bandingkan sebatas insentif harga.

Fokusnya adalah pada tujuan yang dapat menciptakan pengalaman bermakna, dan mendorong para konsumen untuk lebih efektif dan lebih baik kedepannya terhadap brand.

Bunga Laudya Chintya Bella
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta